Jan Koum (Pendiri WhatsApp yang Mendunia)



Jan Koum berasal dari keluarga keturunan Yahudi yang lahir pada 24 Februari 43 tahun silam di daerah Fastiv bagian Kiev, Ukraina.

Jan Koum tidak lahir di tengah keluarga serba ada. Ayahnya saat itu bekerja sebagai manajer konstruksi dan Ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga.

Kondisinya saat itu sungguh memprihatinkan, karena Jan Koum hidup di tengah gejolak politik dan meningkatnya gerakan anti Yahudi di Ukraina.

Bahkan, fasilitas pun serba dibatasi seperti listrik dan air, sehingga untuk mandi pun harus mengantre di tempat mandi umum.

Menimbang risiko yang semakin tinggi, Jan Koum dan keluarga memutuskan pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1990 dan tinggal di wilayah Mountain View.

Saat itu, Jan Koum yang berusia 16 tahun tinggal bersama Ibu dan neneknya. Sementara sang Ayah masih bertahan di Ukraina.

Namun sayangnya, belum sempat menyusul ke Amerika Serikat, Ayah Jan Koum meninggal tahun 1997 di Ukraina.

Meski berhasil lolos dari gejolak politik dan gerakan yang mengancam keluarganya, hidup yang dijalani Jan Koum tidak berarti baik-baik saja.

Menggantikan peran sang Ayah, Jan Koum dan Ibunya harus bekerja keras untuk bertahan hidup di Amerika Serikat.

Dikisahkan dalam biografinya, Jan Koum sempat bekerja sebagai cleaning service di sebuah toko sedangkan sang Ibu bekerja sebagai pengasuh anak. Namun tetap saja, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup.

Hidup serba sulit yang dialami Jan Koum pun membuatnya harus menggantungkan hidup pada subsidi makan yang diterima dari pemerintah setempat yang sebenarnya ditujukan bagi para tunawisma atau gelandangan.

Untuk mendapatkannya, ia harus menunggu dalam antrean yang sangatlah panjang.

Bahkan, untuk menikmati waktu istirahat pun seringkali hanya beralaskan tanah dan beratapkan langit.

Segala macam pekerjaan ia coba lakoni ketika pertama kali pindah ke Amerika hanya untuk menyambung hidupnya saja.


Hidup Susah Bukan Alasan untuk Meraih Kesuksesan

Meskipun hidup serba pas-pasan, Jan Koum tidak menyerah begitu saja.

Pribadinya amatlah tangguh, sehingga ia terus berusaha dan berusaha hingga terbentuklah kisah perjalanan hidupnya sebelum mendirikan WhatsApp yang sungguh menginspirasi.


Berikut ini beberapa hal yang bisa dipelajari dari Jan Koum:

#1 Pantang Menyerah

Pahitnya hidup sudah Jan Koum rasakan saat itu, tapi ia terus berusaha dan pantang menyerah. Ketika pindah, Jan Koum memang sudah diketahui mahir berbahasa Inggris, sehingga ia pun masuk sekolah di Amerika.

Biografi Jan Koum menceritakan, bahwa dirinya dikenal sebagai anak nakal karena sulitnya beradaptasi, sehingga sering terlibat perkelahian.

Meski begitu, Jan Koum adalah murid yang cerdas dan sangat menyukai pemrograman komputer yang ia pelajari secara otodidak dari buku-buku bekas.

Selain dari buku, Jan Koum pun bergabung dengan grup hacker yang dikenal dengan nama w00w00 ketika di sekolah.

#2 Semangat Berkembang dan Belajar

Setelah menempuh pendidikan sekolah, semangat Jan Koum untuk menimba ilmu terus terpacu hingga ia memilih untuk melanjutkan studi di San Jose University.

Berbekal jiwa pantang menyerah, Jan Koum berusaha lebih keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliah dengan cara bekerja sebagai penguji sistem keamanan komputer di Ernst & Young.

Programming masih menjadi bidang yang diminatinya, bahkan disebut sebagai passion. Semangatnya terus membara meskipun saat itu ia berada dalam jalur drop out.

Beruntungnya, nasib baik berpihak pada Jan Koum karena dipertemukan dengan Brian Acton, seorang pegawai Yahoo yang kemudian menjadi teman dekatnya.

#3 Berpikir Maju

Mengantongi pengetahuan tentang komputer yang dipelajarinya secara otodidak, Jan Koum memberanikan diri untuk melamar pekerjaan ke Yahoo atas saran Brian Acton.

Tidak sia-sia, Yahoo memberikan kesempatan kepada Jan Koum untuk berkarier di posisi engineer.

Selama berkarier di Yahoo, ia sudah merasakan jatuh bangunnya perusahaan tersebut.

Berbarengan Brian Action, Jan Koum lalu mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari Yahoo pada tahun 2007 di mana ia telah lama bekerja di sana serta berkembang cepat di Yahoo.


Manfaatkan Peluang, Jemput Kesuksesan

Setelah memutuskan berhenti dari Yahoo, Jan Koum melamar kerja di Facebook yang disebut sebagai Service Social Media karya Mark Zuckerberg dan tengah naik daun di internet.

Namun, saat itu Facebook menolaknya sehingga memantik semangat Jan Koum dan Brian Acton untuk membuat sesuatu yang berpotensi dan membuka peluang lebih luas.

Mungkin dalam kondisi saat ini, Facebook dikatakan menyesal sudah menolak lamaran kerja Jan Koum dan Brian Acton, karena nyatanya saat ini aplikasi karya mereka dibeli Facebook dengan harga fenomenal.

#1 Terciptanya WhatsApp

Back to topic, penolakan yang diberikan Facebook saat itu tidak menjadikan Jan Koum menyerah begitu saja.

Inspirasi terciptanya WhatApp dimulai tahun 2009, di mana saat itu Iphone sedang mengalami ketenaran dan Jan Koum pun membelinya, ia kemudian tertarik pada kumpulan kontak di Iphone dan juga pada App Store.

Jan Koum melihat ada potensi besar dari aplikasi App Store di Iphone yang kemudian memberinya sebuah ide yaitu menciptakan aplikasi yang dapat menampilkan status pada kontak telepon di Iphone.

Ia pun kemudian menceritakan hal ini kepada salah satu temannya, Alex Fishman.

Seperti gayung bersambut, Alex Fishman kemudian memperkenalkan Jan Koum dengan Igor Solomennikov, seorang developer aplikasi Iphone hingga berujung pada terciptanya aplikasi bernama WhatsApp.

Tahun 2009, menjadi tahun bersejarah bagi Jan Koum. Perusahaan WhatsApp Inc yang berbasis di California resmi didirikan, dan Jan Koum pun fokus mengembangkan aplikasi ciptaannya.

Awalnya, WhatsApp hanya di-download sekitar 250 orang saja, dan kebanyakan dari teman-teman Jan Koum sendiri.

Aplikasinya pun belum dikatakan sempurna, karena masih sering mengalami crash. Bahkan perkembangannya terbilang lambat, membuat Jan Koum sempat terpikir untuk menghentikan pengembangan aplikasi tersebut.

Namun, niatnya digagalkan melalui suntikan motivasi dari teman baiknya, Brian Acton.

Meski dengan perasaan ragu, Jan Koum terus mengembangkan aplikasi ciptaannya. Apple kemudian datang dengan bantuan push notifications pada tahun 2009.

Hal ini kemudian memberi jalan bagi Jan Koum untuk memodifikasi aplikasi buatannya sehingga ketika pengguna WhatsApp mengubah status di aplikasinya otomatis akan mengabarkannya di jaringan.

#2 WhatsApp Kian Mendunia

WhatsApp di awal kemunculannya hanyalah sebagai update status di kontak telepon di Iphone.

Selanjutnya, Jan Koum merilis WhatsApp v2.0 yang dilengkapi dengan fitur pesan instan yang berhasil menaikkan jumlah pengguna aplikasi tersebut menjadi 250 ribu pengguna.

Saat itu Blackberry Messenger (BBM) menjadi saingan aplikasi ini, namun melihat dari sisi penggunaannya lebih terbatas karena BBM hanya dapat digunakan di ponsel Blackberry saja.

Peluang baru pun ditemukan oleh Jan Koum, bersama Brian Acton kemudian mencari investor untuk mendanai pengembangan aplikasi WhatsApp.

Hasilnya dana yang terkumpul sejumlah US$250.000 atau setara dengan Rp3,5 miliar yang berasal dari mantan karyawan Yahoo.

Hingga akhirnya secara resmi Brian Acton bergabung dengan Jan Koum mengembangkan aplikasi WhatsApp, seperti meluncurkan fitur pengiriman foto pada tahun 2009 di Iphone.

Selain itu ia juga merilis WhatsApp untuk device lain seperti Android dan Blackberry.

Kemudian WhatsApp diubah menjadi aplikasi berbayar pada tahun 2010 dan mereka berhasil memperoleh pendapatan sebesar US$5000 atau setara dengan Rp70,1 juta pada bulan pertama.

Hal ini kemudian membuat investor lain banyak berdatangan untuk menanamkan modalnya di WhatsApp dan aplikasi ini pun berhasil masuk dalam 20 besar aplikasi populer di App Store.

Suntikan dana dari investor terus berdatangan, hingga WhatsApp menjadi aplikasi primadona di berbagai penjuru dunia.

Sempat ditawar oleh Facebook, namun Jan Koum menolaknya. Aplikasi WhatsApp terus berkembang dan pada tahun 2013, WhatsApp berhasil memiliki pengguna aktif sekitar 200 juta.

#3 Resmi Dibelinya WhatsApp oleh Facebook

Melihat geliat kesuksesan WhatsApp, memantik Google dan Facebook untuk mengakuisisi aplikasi tersebut. Hingga kemudian pada tahun 2013, Jan Koum bersama Brian Acton setuju untuk menjual WhatsApp ke Facebook.

Akuisisi Whatsapp oleh Facebook membuat Jan Koum dan Brian Acton sebagai orang kaya baru berkat perjuangan mereka mengembangkan aplikasi WhatsApp.

Jan Koum sendiri setelah aplikasinya berhasil dibeli oleh Facebook, kekayaannya melonjak drastis sebesar US$6,8 miliar atau sekitar Rp80 triliun.

Tahun 2015 lalu kekayaannya naik sebesar US$7,9 miliar atau sekitar Rp109 triliun menurut majalah Forbes.


Tidak Ada Alasan untuk Tidak Sukses

Melihat jatuh bangun perjuangan Jan Koum, dari seorang yang serba kekurangan menjadi bergelimang harta telah membuktikan bahwa setiap orang memiliki potensi kesuksesan masing-masing.

Berjuanglah dengan kemauan keras, tidak mudah menyerah dan terus semangat untuk memanfaatkan setiap peluang.

Kisah sukses ini menunjukkan sebuah perjuangan hidup yang sangat inspiratif untuk diteladani.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama